Banyak orang pintar di dunia ini, tapi sedikit dari mereka yang mau mengajarkan ilmunya. Maka mulialah seorang guru karena mau mengajarkan, dan membagi ilmunya kepada kita semua.
Mengajar itu bukan perkara mudah. Ada beberapa guru atau mungkin banyak, mengalami tantangan dalam proses ajar mengajar.
Dari mulai murid-murid yang ramai, heboh sendiri, ditinggal tidur, dan ada pula yang diajar tapi tidak paham.
Bagi guru lama, hal semacam itu sudah terjadi berulang kali. Lalu bagaimana dengan guru baru?
Bagi guru baru, perlu adaptasi. Pengenalan dan memahami karakter anak. Akan tampak mengagumkan jka guru baru dalam waktu relatif singkat sudah bisa menguasai kelas.
Jika di artikel ini, akan disajikan tips atau cara agar guru baru diperhatikan saat mengajar.
Hal-hal sesederhana ini memang ada tipsnya. Jika hanya modal keinginan kuat membagi-bagi ilmu itu tidak akan cukup.
Jadi apa saja ya harus dilakukan guru baru supaya bisa menguasai kelas? Menguasai tempat yang baginya masih baru, dan membuat setiap yang dilakukannya diperhatikan oleh murid-murid?
Pertama-tama, yang harus dilakukan adalah perkenalan
Anak-anak suka sesuatu hal yang baru. Dan rasa penasaran mereka teramat kuat jika menemui hal-hal baru. Pada tahap ini, perkenalkan diri kalian. Ungkapkan sesuatu hal yang menarik. Seperti pengalaman-pengalaman hidup supaya murid-murid yang mendengarkan tahu begini dan begitu dari gurunya sendiri.
Dengan perkenalan tersebut, kalian bisa menumbuhkan sikap saling menyayangi. Dan alangkah baiknya, pada bagian pertama kamu bertemu murid-murid baru, kamu tidak mengawali pelajaran. Pelan-pelan saja.
Ajak mereka bermain
Jangan pelajaran dulu. Bermain-main tidak apa. Pokoknya buat kesan baik dan menyenangkan dulu dengan mereka.
Ajak mereka bersenang-senang. Buktikan bahwa kamu adalah guru yang asyik, dan tidak menjenuhkan. Pelajarannya nanti-nanti saja. Manjakan dulu murid-muridmu.
Saat mulai pelajaran, berpihaklah pada murid-murid yang suka berbuat onar di kelas
Berpihak di sini maksudnya bukan menuhankan mereka atau sebutan lainnya adalah pilih kasih. Bukan seperti itu.
Kebanyakan guru-guru berpihak pada murid-murid yang pintar dan yang mau memerhatikan di kelas. Sebenarnya hal semacam itu membuat cemburu mereka yang tidak diperhatikan.
Dalam hal ini adalah ‘murid yang suka berbuat onar’.
Dalam hal ini adalah ‘murid yang suka berbuat onar’.
Maka dekati saja mereka. Dan jika ada sesuatu yang pantas untuk dikerjakan, tunjuklah murid-murid yang suka berbuat onar tadi. Jika tidak mau, tidak apa-apa.
Lalu jika ada soal yang harus dikerjakan, tunjuk murid yang suka berbuat onar.
Intinya, panggil nama si pembuat onar itu sesering mungkin. Tapi jangan sampai membuatnya tertekan. Panggilnya sekadar panggil, tidak membuatnya ketakutan. Tapi buat dia jengah kenapa namanya terus dipanggil. Hingga ia mau tidak mau akan diam dan memerhatikan kamu yang sedang mengajar.
Lalu bagaimana untuk orang-orang yang sudah mau memerhatikan? Apakah mereka dibiarkan begitu saja?
Langkah ini dilakukan tidak untuk selamanya. Ada waktu-waktunya sendiri. Misalnya setengah atau seperempat tahun dalam proses ajar mengajar sebelum mereka naik kelas atau lulus.
Setelah berpihak pada murid nakal, kini saatnya kamu berpihak pada murid yang pintar
Setelah melakukan langkah sebelumnya selama berbulan-bulan, kini kamu lakukan langkah selanjutnya. Yaitu fokus pada murid yang pintar, murid yang selalu memerhatikan, dan murid yang pantas untuk diperjuangkan.
Keberpihakan ini sama seperti cara berpihak pada murid nakal. Buat mereka (murid nakal) merasa seperti kehilangan karena kegiatan yang dulu sering dilakukannya kini digantikan oleh orang lain.
Jika mereka merasa kehilangan, hal tersebut malah bagus. Karena nanti murid nakal itu bisa masuk ke bagian murid pintar.
Dan bila ada murid nakal yang masih kekeuh tak mau memerhatikan gurunya … guru pun tak akan ambil pusing. Karena dia punya murid yang pantas, dan layak diperjuangkan. Yaitu murid yang memerhatikan tadi.
Bukannya menyerah. Tapi lebih ke … kemauan murid tersebut. Jika ingin diperjuangkan, seharusnya murid itu mau memerhatikan. Tapi bila tingkahnya saja sudah memeperlihatkan keengganan untuk memerhatikan, lalu untuk apa diperjuangkan?
Sia-sia saja memerjuangkan orang yang tidak mau diperjuangkan.
Maka dari itu, perjuangkan mereka yang ingin diperjuangkan.
Menjadi guru harus peka, kapan muridnya lelah, dan jenuh dengan pelajaran
Setiap manusia pasti memeiliki titik lelah dan jenuh. Kamu harus meyadari hal itu. Jika muridmu menampakkan kondisi yang dia tampaknya kelelahan dan jenuh dengan pelajaran, kamu harus berhenti!!!
Berhenti maksudnya di sini adalah istirahat.
Bawalah muridmu ke langkah sebelumnya. Ajak mereka bersenang-senang dengan permainan-permainan kreatif yang membuat mereka tertawa riang.
Kebanyakan, murid-murid menyukai guru yang lucu. Yang bisa membuat mereka tertawa riang gembira.
Yaaa, memang menjadi guru itu berat. Tak hanya pintar, modal mereka juga harus bisa melucu.
Hal tersebut tak ubahnya dilakukan hanya untuk muridnya sendiri. Betapa mereka begitu menyayangi kalian. Harusnya kalian membalas hal tersebut dengan memerhatikan mereka (guru). Hanya itu. Guru ingin diperhatikan.
Guru menyukai ketika mata dan telinga muridnya, melihat dan mendengarkan apa yang diucapkan guru.
Hanya itu.
5 Comments
Dia adil sama murid2nya, dan cara ngajarnya gak melulu ke pelajaran aja...
Nice Artikel ^^
Oia mba, singgah bentar di blog saya ya
http://nheyta.blogspot.co.id/2018/03/cukup-sekali-saya-menderita-dua-kali.html
jos gandos.......sip mirkisip.....
baik, anggap saja admin blog ini sebagai Guru barunya,,,saya sebagai murid,,,,ayo....Bu Guru bolehkan kita berkenalan...
mengajar seefisien mungkin.
jngn sampai kita cape2 mengajar tapi apa yg kita ajarkan g nyampe pada murid2.. kan mubadzir.. gtu y mbak?^^
Selamat datang di Blognya Mbak Cupid. Bagaimana tanggapan kamu tentang artikel ini? Yuk, kasih tanggapanmu di bawah ini ya!